Friday 6 July 2012

WALI SEMBILAN (WALI SONGO)

WALI SEMBILAN


BIODATA WALI SEMBILAN (WALI SONGO)

    Wali Songo bererti Sembilan Orang Wali. Wali songo adalah sebuah majlis dakwah yang pertama di dirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masihi (808 Hijriah). Pada masa itu, majlis Dakwah Wali Songo yang terdiri daripada Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana  Aliyuddin dan Syekh Subakir. Dari nama para Wali Songo tersebut, umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Wali Songo yang paling terkenal, iaitu:

·                     Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim                        -  Gapura Wetan,Gresik
·                  Sunan Ampel dan Raden Rahmat                                       - Ampeldenta,Surabaya
·                     Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim                   -  Tuban
·                     Sunan Drajat atau Raden Qasim                                         -   Paciran
·                     Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq                                         -   Kudus
·                     Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin                   -   Giri,Gresik
·                     Sunan Kalijaga atau Raden Said                                         -   Kadilangu,Demak
·                     Sunan Muria atau Raden Umar Said                                   -   Kolo Gunung,Muria
·                     Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah              -   Gunung Sembung.Ceribon


Maulana Malik Ibrahim yang paling tua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah anak saudara kepada Maulana Malik Ibrahim yang beerti sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat kepada murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang meninggal terlebih dahulu.

·         Pertama: (1404 – 1435 M), terdiri dari Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419), Maulana Ishaq, Maulana Ahmad Jumadil Kubro, Maulana Muhammad Al-Maghrabi, Maulana Malik Isra'il (wafat 1435), Maulana Muhammad Ali Akbar (wafat 1435), Maulana Hasanuddin, Maulana 'Aliyuddin, dan Syekh Subakir atau juga disebut Syaikh Muhammad Al-Baqir.



·         Kedua: (1435 - 1463 M), terdiri dari Sunan Ampel yang tahun 1419 yang menggantikan Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq (wafat 1463), Maulana Ahmad Jumadil Kubro, Maulana Muhammad Al-Maghrabi, Sunan Kudus yang tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il, Sunan Gunung Jati yang tahun 1435 menggantikan Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin (wafat 1462), Maulana 'Aliyuddin (wafat 1462), dan Syekh Subakir (wafat 1463).

·         Ketiga: (1463 - 1466 M), terdiri dari Sunan Ampel, Sunan Giri yang tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq, Maulana Ahmad Jumadil Kubro (wafat 1465), Maulana Muhammad Al-Maghrabi (wafat 1465), Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang yang tahun 1462 menggantikan Maulana Hasanuddin, Sunan Derajat yang tahun 1462 menggantikan Maulana ‘Aliyyuddin, dan Sunan Kalijaga  tahun 1463 menggantikan Syaikh Subakir.

·         Keempat: (1466 - 1513 M), terdiri dari Sunan Ampel (wafat 1481), Sunan Giri (wafat 1505), Raden Fattah yang pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra, Fathullah Khan (Falatehan) yang pada tahun 1465 menggantikan Maulana Muhammad Al-Maghrabi, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, Sunan Derajat, dan Sunan Kalijaga (wafat 1513).

·         Kelima: (1513 - 1533 M), terdiri dari Syekh Siti Jenar yang tahun 1481 menggantikan Sunan Ampel (wafat 1517), Raden Faqih Sunan Ampel II pada tahun 1505 menggantikan kakak iparnya Sunan Giri, Raden Fattah (wafat 1518), Fathullah Khan (Falatehan), Sunan Kudus (wafat 1550), Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang (wafat 1525), Sunan Derajat (wafat 1533), dan Sunan Muria pada tahun 1513 menggantikan ayahnya Sunan Kalijaga.

·         Keenam: (1533 - 1546 M), terdiri dari Syekh Abdul Qahhar (Sunan Sedayu) pada tahun 1517 menggantikan ayahnya Syekh Siti Jenar, Raden Zainal Abidin Sunan Demak  pada tahun 1540 menggantikan kakaknya Raden Faqih Sunan Ampel II, Sultan Terengganu pada tahun 1518 menggantikan ayahnya iaitu Raden Fattah, Fathullah menggantikan ayahnya iaitu Raden Fattah, Fathullah Khan (wafat 1573), Sayyid Amir Hasan pada tahun 1550 menggantikan ayahnya Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati (wafat 1569), Raden Husamuddin Sunan Lamongan pada tahun1525 menggantikan kakaknya Sunan Bonang, Sunan Pakuan pada tahun1533 menggantikan ayahnya Sunan Derajat, dan Sunan Muria (wafat 1551).

·         Ketujuh: (1546- 1591 M), terdiri dari Syaikh Abdul Qahhar (wafat 1599), Sunan Prapen pada tahun 1570 menggantikan Raden Zainal Abidin Sunan Demak, Sunan Prawoto pada tahun 1546 menggantikan ayahnya Sultan Terengganu, Maulana Yusuf cucu Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1573 menggantikan  Fathullah Khan, Sayyid Amir Hasan, Maulana Hasanuddin yang pada tahun 1569 menggantikan ayahnya Sunan Gunung Jati, Sunan Mojoagung yang tahun 1570 menggantikan Sunan Lamongan, Sunan Cendana yang tahun 1570 menggantikan datuknya Sunan Pakuan, dan Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos) anak Sayyid Amir Hasan pada tahun 1551 menggantikan datuknya dari pihak ibunya iaitu Sunan Muria.


·         Kelapan: (1592- 1650 M), terdiri dari Syaikh Abdul Qadir (Sunan Magelang) yang menggantikan Sunan Sedayu (wafat 1599), Baba Daud Ar-Rumi Al-Jawi pada tahun 1650 menggantikan gurunya Sunan Prapen, Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) pada tahun 1549 menggantikan Sultan Prawoto, Maulana Yusuf, Sayyid Amir Hasan, Maulana Hasanuddin, Syekh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani pada tahun 1650 menggantikan Sunan Mojoagung, Syekh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri  pada tahun 1650 menggantikan Sunan Cendana, dan Sayyid Shaleh (Pansmbahan Pekaos).


ISI-ISI AJARAN WALI SEMBILAN DAN CARA BERDAKWAH 



     Untuk menarik orang-orang musyrik di kepulauan India Timur pada masa dahulu, dakwah Islam dilakukan dengan menempuh berbagai cara. Pelaksanaanya melalui pemikiran para da’i, keutamaan perilaku mereka, disiplin terhadap diri sendiri sendiri mahupun terhadap orang lain. Kegiatan dakwah tidak dilakukan oleh organisasi, melainkan oleh perseorangan atau berkumpulan yang mengikhlaskan diri dan waktunya untuk menyebarkan agama Islam dikalangan penduduk musyrik dan belum memahami atau belum pernah mendengar tentang Islam. Para Da’i dengan sabar, tabah dan hati-hati mengikuti keadaan dan mengindahkan tradisi yang sedang berlaku serta memperhatikan sungguh-sungguh tabiat dan jiwa orang-orang yang hendak diberi pengertian. Dengan demikian, mereka berhasil dalam menjalankan tugas dakwah yang diwajibkan oleh agamanya. Salah satu faktor utama yang menyebabkan keberhasilan mereka ialah mereka berakhlak mulia, berbudi pekerti, berbudi bahasa, bersabar dan tidak menyentuh adat-istiadat setempat dimana mereka (orang-orang yang hendak diislamkan) dibesarkan.

    Para da’i amat memahami bahawa tradisi dan kebiasaan yang sudah berlaku secara turun-temurun tidak mungkin dapat dihapus dengan perdebatan atau dilawan dengan berdialog. Lembaran-lembaran buku sejarah banyak yang memceritakan penyebaran agama Islam dikepulauan Indonesia, tanah Melayu dan kawasan sekitarnya, termasuk cara-cara yang ditempuh oleh para da’i pada masa dahulu. Diantara cara-cara yang ditempuh dan kegiatan yang dicurahkan untuk berdakwah ialah menggunakan bentuk-bentuk kesenian indah yang sangat digemari penduduk. Dalam bentuk-bentuk kesenian itu para da’i memasukkan unsur-unsur ajaran islam dengan mengubah beberapa kata dan kalimat (dalam liriknya) dan diisi dengan ajaran-ajaran Islam yang mudah diserap. Sehingga sekarang nyanyian dan tarian masih tetap ada sebagai pusaka peninggalan para da’i zaman dahulu. Kerana para da’i bekerja atas dorongan hati yang ikhlas dan semangat Tasawwuf yang tinggi, dengan kesabaran yang luar biasa mereka berpegang pada metode ‘tut wuri handayani’ iaitu ‘mengikuti sambil menarik perlahan-lahan’. Dengan tekun dan tahap demi tahap mereka mengubah dan mengisi lirik nyanyian dan lagu-lagu yang digemari penduduk dengan rangkaian kata dan kalimat yang mengandungi pengarahan akidah dan pendekatan diri kepada Allah swt serta pendidikan akhlak Islam.

      Misalnya cara yang ditempuh oleh seorang wali Allah terkenal, Joko Sa’id iaitu menggunakan gelaran ‘wayang’, suatu kesenian Jawa yang sangat digemari penduduk pada masa itu. Beliau menggubah cerita-cerita media dengan diisi prinsip-prinsip ajaran Islam secara kontemprori, kemudian ditayangkan (dipentaskan) didepan khalayak ramai. Pementasan ini banyak digunakan untuk menyebarkan pengertian tentang agama Islam. Lirik nyanyian dan lagu-lagu yang biasanya digunakan untuk mengiringi tarian Srimpi yang lazim dipentaskan di istana-istana kerajaan, diubah demikian rupa menjadi hikayat yang diambil dari buku ‘Amri Hamzah’ yang mengisahkan kepahlawanan Baginda Nabi Muhamad saw dalam membela agama Islam, iaitu Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib ra. Seorang da’i bernama Sayid Ishaq bin Ibrahim bin Al-Husain yang telah menempuh cara penyebaran Islam dari berbagai daerah, dengan pengubatan untuk menolong penduduk yang sakit. Selain itu, ada diantara da’i Sayid Abubakar di Philipina, yang menempuh cara dengan mendekati penguasa dan bangsawan yang berpengaruh untuk membantu mereka dalam pekerjaan mentadbir pemerintahan atau kesultanan sambil berdakwah mereka mengajak untuk memeluk agama Islam.

  Sambil berdakwah mereka mengajak untuk memeluk agama Islam. Ada juga cara umum yang bercorak kesenian, yang ditempuh oleh para da’i. Di pelbagai tempat yang telah direncanakan, diselenggarakan hiburan seperti ‘pesta’, diisi dengan nyanyian dan lagu-lagu keagamaan (umpama selawat, mengucapkan kalimat-kalimat tauhid dan lain-lain yang serupa) dengan diiringi dengan rebana. Pesta demikian itu dihadiri oleh banyak orang, ada yang telah masuk Islam dan ada juga yang belum. Mereka datang beramai-ramai tertarik oleh suara rebana dan nyanyian-nyanyian. Selepas pesta, orang-orang yang belum memeluk Islam makin dekat hubungannya dengan mereka yang telah memeluk Islam.  Pada akhirnya, mereka mengikut jejak kawan-kawannya dengan menyatakan keinginan untuk memeluk Islam. Demikianlah cerita atau sejarah para da’i dalam menyebarkan Islam di kepulauan Indonesia khususnya di daerah-daerah kawasan sekitarnya pada zaman dahulu.

Kyai Haji Raden Abdullah bin Nuh rahimahullah - mengatakan didalam bukunya ‘Wali Songo’,  “bahawa sembilan orang Wali semuanya mengajarkan agama Islam secara murni, bermadzhab Syafi’i dan termasuk Ahli Sunnah wal jama’ah”.

Ada sementara pihak yang mengatakan bahawa ajaran diantara Wali Songo itu mengahwinkan atau menggabungkan ajaran Islam dengan seni budaya lama (Syiwa Budha) di Jawa. Jelas ini tidak mungkin, kerana Wali Songo adalah para ulama yang sangat besar ketaqwaannya kepada Allah swt dan mengenal baik apa yang dihalalkan dan diharamkan oleh Syari’at Islam.

Didalam Majalah Islam Al-Jami’ah nombor 5, tahun 1, bulan mei 1962 memuat sebuah majalah yang ditulis oleh Drs. Wiji Saksono dengan tajuk Islam Menurut Pemikiran Wali Songo Berdasarkan Sumber Sejarah’  membahaskan beberapa hal, antaranya: Dari sembilan orang wali itu hanya Sunan Bonang (silakan rujuk bab Sunan Bonang) sahajalah yang hingga dewasa dapat diketahui dengan jelas ajarannya dan dapat dijadikan pegangan atau sumber rujukan. Sedangkan ajaran para Wali yang lain masih sangat samar dan belum terungkapkan. Banyak sekali yang telah ditulis orang tentang ajaran Wali Songo, tetapi belum dapat dinilai sebagai sejarah dalam ertinya. Meskipun demikian, apa yang terdapat didalam ajaran-ajaran Sunan Bonang itu sudah dapat dipastikan dan dijadikan ukuran untuk dapat diketahui corak ajaran Islam yang pertama masuk dipulau Jawa khususnya dan kepulauan Indonesia lainnya. Apabila kita menelaah dan mempelajari naskah-naskah dan mempelajari naskah-naskah Primbon pemikiran Sunan Bonang, kita akan menjumpai nama-nama judul Kitab dan nama-nama tokoh sebagai sumber pemikiran Wali Songo. 





PEWARTAAN MAJLIS FATWA MENGHARAMKAN AJARAN WALI SEMBILAN

Fatwa Aqidah berikut oleh Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan mengenai perkara-perkara yang dirujuk kepada Majlis di bawah seksyen 41, Enakmen Pentadbiran Hukum Syarak bagi Negeri Selangor. Sebagaimana diubahsuai oleh Perintah Wilayah Persekutuan (Pengubahsuaian Enakmen Pentadbiran Hukum Syarak) 1974 adalah diterbitkan sebagaimana ditetapkan oleh Majlis menurut seksyen 42 (3) Enakmen itu bahawa ajaran yang disenaraikan di bawah ini adalah ajaran yang bukan daripada ajaran Islam. Oleh itu, orang Islam adalah ditegah daripada mengikuti dan mengamalkan ajaran Wali Sembilan.

Negara asal : Malaysia
Negeri : Wilayah Persekutuan
Badan yang mengisu fatwa : Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan
Penulis/Ulama : Dato’ Dr. Mohd. Yusof b. Hj Mohamad Noor
Tarikh Diisu : 24hb April 1988

SABDA NABI:

Dalam sabda Nabi Muhammad S.A.W sejak kecil lagi anak-anak dipertanggungjawabkan kepada kedua ibu bapa agar dibimbing dengan asas agama agar mereka tidak memilih jalan yang sesat.Seperti sabda Nabi Muhammad S.A.W.:
Rasulullah s.a.w bersabda: “setiap anak yang dilahirkan adalah dalam keadaan bersih melainkan dua orang tuanya yang bertanggungjawab mencorakkannya  menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi (diriwayatkan Imam Abu Ya’la,Thabrani dan Baihaqi).




Nama-nama:
Norfarahin Binti Abd Wahid.
Norbaini Binti Baniyami.
Siti Aliah Binti Abdul Wahid.

Semester 3,kumpulan 1.




1 comment:

  1. 🛡Assalamualaikum🛡

    *Group Telegram Keilmuan Langka*
    ⚔Perisai Diri & Keluarga
    ⚔Perawatan Diri &Keluarga
    ⚔Belajar Melalui Guru Bersanad.
    ⚔Boleh Merawat Tanpa Menggunakan Khidmat Orang Lain.
    ⚔Keilmuan Putih HaQ

    SiLaLah Ke Group Keilmuan👇🏼👇🏼👇🏼
    http://t.me/keilmuanhaq

    http://t.me/sahabatkhalifah313

    ReplyDelete